Sejak Malam Pengantin, Ibu Mertua Setiap Malam Diam-Diam Masuk Kamar…! Ini Dia Yang dilakukan Membuat saya Menangis


Sebagai prasyarat untuk menikah, saya memohon pada suami saya untuk beli satu rumah terlebih dulu, karena saya tidak ingin tinggal berbarengan mertua perempuan. Suami saya datang dari keluarga single parent, saya tidak ingin hari-hari sesudah saya menikah kelak dilalui dengan alasan dengan ibu mertua. 

Walau suami saya beli mobil baru buat saya, dia nampaknya menahan-nahan untuk beli satu tempat tinggal. Walau sebenarnya dengan kekuatan ekonomi yang dia punyai, beli satu tempat tinggal tidaklah satu permasalahan. Saya terasa apakah dia tidak mencintai saya? 

Begitu tak diduga saya jadi hamil. Ibu mertua saya tampak malah begitu suka serta segera membawa saya pergi ke dokter untuk cek up dan menanggung semua biayanya. Tetapi, walau ibu mertua saya tampak sedemikian baik pada saya, namun saya tetaplah nekad bersikeras memohon suami untuk beli tempat tinggal sebelumnya melakukan pernikahan. Pada akhirnya suami juga sepakat. Pada hari pesta pernikahan dilangsungkan, saya memanglah lihat ibu mertua saya meneteskan air mata. Saya memikirkan dalam hati, bagaimanapun juga dia tentu tidak ikhlas anaknya menikah, untung saja saya bersikeras tak tinggal ingin serumah dengan dia, bila tidak, setiap hari tentu kita rebutan " suami ". 

Malam pengantin kami lalui dirumah ibu mertua saya. Saya betul-betul tidak dapat tidur. Mendadak saya mendengar pintu kamar saya di buka, saya segera pura-pura tertidur. Saya tak menyangka, ternyata ibu mertua saya tengah malam masuk dalam kamar kami! 

Saya bisa merasakan dia berdiri di 
pinggir ranjang kami, lalu dia bergerak 


ke arah saya. Saya betul-betul tak menyangka dia mengangkat ke-2 kaki saya serta memasukkannya kedalam selimut dan membereskan selimut saya…… Ketika itu, perasaan saya susah dilukiskan, dalam ingatan ke-2 orangtua saya tidak pernah membenarkan selimut saya…… 

Hari ke-2 saya tidak menuntut untuk terburu-buru pindah kerumah baru, lantaran kami barusan menikah, saya terasa kurang sopan untuk segera mengungkit mengenai niat pisah rumah. 

Hari ke-2, ketiga, ke empat, tiap-tiap malam ibu mertua saya dengan cara diam-diam masuk kedalam kamar kami menolong kami membetulkan selimut. Ibu mertua juga tiap-tiap pagi ke pasar beli sayur, sehari-hari memasak sayur yang saya sukai. Saya perlahan mulai suka pada ibu mertua saya. 

Tidak tahan pada akhirnya saya ajukan pertanyaan pada suami saya, mengapa ibu mertua tiap-tiap malam selalu masuk kedalam kamar untuk mebetulkan selimut? Suami saya berkata, saat kecil kakak perempuannya sering menendang selimut ketika tidur. Tetapi waktu itu karena kebutuhan biaya yang besar, ibu mertua bertekad menginginkan menikah dengan orang kaya. Pada akhirnya tiap-tiap malam sesudah suami saya serta kakaknya tertidur, dia dengan cara diam-diam pergi keluar untuk pacaran, kadang waktu tengah malam baru pulang, bahkan juga kadang-kadang semalaman tidak pulang. Pada akhirnya kakak perempuan karena sering menendang selimut, dia juga jatuh sakit serta terserang penyakit asma. Ibu mertua mulai sejak waktu itu tidak hentinya menyalahkan diri sendiri, dan mulai sejak itu dia juga tidak pernah pacaran lagi, melainan dia setiap malam bangun untuk membereskan selimut suami saya serta kakaknya. 

Suami saya berkata : sesungguhnya ketika ibu masuk kamar, saya seringkali belum tidur, saya jadi berniat menjulurkan kaki serta tangan saya keluar dari selimut…… 
Sesudah mendengar semua ini, saya jadi terharu serta berkata : ternyata ibumu telah memperlakukan saya sebagai anak perempuannya sendiri…… 

Mulai sejak waktu itu, saya tidak pernah mengungkit akan hal pisah tempat tinggal lagi. Sesudah lewat 1 bln. suami saya dengan jujur berkata, sesungguhnya dia sama sekali tak punya niat beli tempat tinggal baru, dia sebenarnya tak ikhlas membiarkan ibunya hidup sendirian pada masa tuanya…